Selasa, 09 Oktober 2018

CARA MENGHIDUPKAN KISAH FIKSI DENGAN SHOW DON'T TELL


Show don't tell dalam sastra. Ini adalah teknik yang saya rangkum dari berbagai sumber mengenai cara menghidupkan sebuah kisah dan membawa pembaca masuk ke dalamnya. Anton Checov menggambarkan show don't tell seperti ini, "Don’t tell me the moon is shining; show me the glint of light on the broken glass."

Perbedaan antara show dan tell adalah show memberi gambaran emosi, rasa seperti yang dirasakan tokoh dalam ceritamu, sedangkan tell berpendapat tentang sebuah aksi atau emosi.
Show bertujuan membuat pembaca merasa dekat dengan tokoh karena penulis membawa mereka seolah-olah berada di tempat kejadian. Jadi, pembaca akan menemukan kesimpulan akhir melalui deskripsi konkret yang dituturkan penulis. Sementara ketika menggunakan tell seolah dunia penulis yang atur. Hal itu telah mencuri gambaran pembaca tentang pengalaman dan kepribadian tokoh dalam cerita.

Saat penulis menceritakan kisah dari perspektif tokoh, para pembaca akan sulit melupakan kisah itu karena pembaca ikut melihat, mendengar, merasakan, berpikir dan hidup seperti hidup si tokoh dalam cerita. Kalau begitu kapan show atau tell bisa digunakan? Tell bisa digunakan dalam cerita dengan sudut pandang orang pertama saja agar cerita tidak kaku dan benar-benar dapat feel. Sedangkan show bisa digunakan pada semua sudut pandang.

Berikut tips-tips penggunaan show don't tell:

1. Gunakan lima indera
Bayangkan sedang ada di tempat peristiwa. Tulis daftar apa saja yang kamu lihat, kamu dengar, kamu rasa. Kemudian tulislah kembali dengan bahasa yang menarik. Jangan berlebihan, cukup sampai dapat feel.
2. Kata-kata yang membekas di hati.
Bayangkan kamu adalah tokoh tersebut, saat kamu dalam emosi seperti itu apa yang ingin kamu katakan, katakan dengan tegas. Ini dapat digunakan dalam penanjakan kisah.

3. Menghindari keterangan
Ketika kamu mendeskripsikan seluruh kejadian dengan indra, maka tak perlu ada keterangan. Keterangan akan merusak kesimpulan akhir pembaca. Dalam sebuah kisah yang ada hanya tokoh dan pembaca, tidak ada penulis. Jika kamu terbiasa membaca bacaan berkualitas, maka kamu akan mengerti maksud saya.

4. Gunakan dialog
Manfaatkan dialog sebaik mungkin untuk menyampaikan apa yang ingin penulis sampaikan yang tidak bisa disampaikan lewat narasi.

Menurut saya ini salah satu teknik penguasaan pov yang cukup rumit karena selain mengarang, kita harus selalu menjaga sudut pandang agar pendapat penulis tidak bocor ke cerita. Saya pun terus belajar sampai hari ini karena menulis itu bukan bakat, melainkan latihan keras.

"Harry Potter bukan apa-apa jika aku tidak berulang kali ditolak, bukan apa-apa jika aku tidak berulang kali ditertawakan, dianggap gila. Harry Potter berhasil dibaca jutaan orang karena aku menerima kritik yang hampir membunuh semangat dengan senyuman." (JK Rowling)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar